Mempertentangkan Pancasila dan Globalisasi?

Share

Tanggal 13 Juli yang lalu telah ditayangkan oleh SCTV rekaman forum Generasi 21, sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amerika Serikat (AS) di Washington DC bekerja sama dengan Modernisator.  Bagi yang tidak sempat menyaksikan acara ini, rekaman acara ini bisa disaksikan online melalui situs liputan6 SCTV–total durasi tayang kira-kira 45 menit dan terbagi ke dalam 3 segmen video klip yang tersambung secara otomatis dari satu klip dengan lainnya.  Beberapa klip tambahan dari acara Generasi 21 ini juga bisa ditemui di channel Youtube KBRI Washington DC.  Artikel terkait dengan acara ini juga bisa dibaca di The Jakarta PostKBRI Washington DC, dan Modernisator.

Tanpa mengurangi makna acara ini dan rasa hormat saya kepada para nara sumber dan berbagai tanggapan yang datang dari rekan-rekan peserta, saya ingin menanggapi tanggapan Pak Dino Pati Djalal (Duta Besar RI untuk AS) terhadap tanggapan saya kepada sebuah pertannyaan yang kira-kira berbunyi siapa yang takut dengan globalisasi.  Pada saat saya memberikan tanggapan, saya menyampaikan materi diskusi 22 rekan-rekan peserta yang berkumpul sore sebelumnya dimana kita membahas masalah Pancasila dan sejarah nasional Indonesia.  Kita menilai bahwa dua hal ini kurang banyak dibahas dalam pertemuan kali ini.  Dan ini yang mendasari rasa takut saya untuk berpartisipasi di dalam dunia global.  Apabila kita jarang membicarakan Pancasila dan sejarah nasional Indonesia, maka lambat laun kita akan lupa.  Dan ketika kita lupa, maka saya takut kalau partisipasi kita di dalam dunia global tidak sukses.  Kita percaya bahwa menterjamahkan nilai2 Pancasila ke dalam konteks dunia global dan selalu belajar dari sejarah nasional Indonesia adalah modal penting dalam proses transformasi dari good ke great seperti yang dicanangkan Pak Dino bersama Modernisator.

Pada waktu itu Pak Dino menyatakan bahwa nilai2 yang dikandung Pancasila jangan dipertentangkan dengan globalisasi karena justru akan membawa kita ke kegagalan.  Saya ingin menawarkan pemirkiran saya bahwa:

  • Saya percaya kami tidak bermaksud mempertentangkan Pancasila dengan globalisasi.  Tetapi kita percaya bahwa nilai2 yang dikandung di dalam Pancasila adalah nilai2 universal seperti yang disampaikan Pak Peter Gontha nara sumber yang lain.  Namun begitu, nilai-nilai yang universal ini tidak akan dengan sendirinya menjawab permasalahan atau menuntun kita ke arah yang kita harapkan.  Kita sendiri yang harus secara kritis menggali secara kontinyu apa yang harus menjadi arahan langkah kita dalam partisipasi kita di dunia global.  Dan dalam prosesnya, kita harus terus bertanya dan berbicara tentang nilai-nilai Pancasila dan juga sejarah nasional Indonesia, bersama-sama dengan seluruh komponen bangsa Indonesia.
  • Tetapi kiita harus jujur dan berani menyadari bahwa pertentangan antara nilai-nilai Pancasila dan globalisasi sudah terjadi dan saya yakin akan terus terjadi. Tugas kita justru mengawal agar pertentangan ini bisa dikurangi dan kita bisa tetap melangkah ke depan.  Pancasila adalah bagian dari masa lalu.  Sangat berbahaya mengatakan bahwa kita harus berpikiran maju dan berpikiran baru dengan meninggalkan pemikiran2 lama, seperti yang dikemukakan oleh salah satu peserta pada pertemuan Generasi 21 waktu itu.  Sangat berbahaya karena ada yang kemudian bisa beranggapan bahwa kita harus atau boleh meninggalkan Pancasila karena itu bagian dari masa lalu dan oleh karenanya Pancasila adalah pemikiran lama.

Ketika kita bicara sejarah, maka kita bisa belajar sesuatu dan mengambil makna dari apa yang kita pelajari.  Dan saya yakin kita bisa belajar sesuatu dari perdebatan publik yang sangat ramai dibicarakan 10 tahun yang lalu tentang amandemen pasal-pasal ekonomi di dalam UUD 1945.  Sangat menarik karena Ibu Sri Mulyani, salah satu nara sumber di acara Generasi 21 ini, merupakan bagian penting dari perdebatan 10 tahun yang lalu.  Secara singkat, perdebatan ini adalah pertentangan antara asas kekeluarga dan sistem pasar.  Asas kekeluargaan dianggap kurang tepat karena bisa disalahartikan untuk pengelolaan aset-aset ekonomi negara bersama-sama dengan anggota keluarga seperti yang telah terjadi dengan keluarga besar mantan Presiden Soeharto (alm).  Sistem pasar dianggap lebih tepat dan mengkuti tren dunia global.  Digambarkan oleh media bahwa ini adalah potret pertentangan antara ahli ekonomi generasi tua yang ingin mempertahankan asas kekeluargan dan ahli ekonomi generasi muda yang ingin mengamandemen pasal 33 UUD 1945 ayat 1 dengan mengganti tulisan asas kekeluargaan dengan sistem pasar.  Kebetulan ada berita online yang bisa diikuti dalam kaitannya dengan perdebatan ini di Tempo Interaktif: Tim Ahli BP MPR Dipertahankan Meski Mubyarto Mundur, 24 Mei 2001, dan mungkin masih ada lagi yang lain.  Bagi yang tertarik mengikuti seputar perdebatan ini, ada sebuah buku yang ditulis oleh Ketua Tim Ahli Ekonomi BP MPR waktu itu, Bapak (alm) Mubyarto.  Buku ini merupakan  kumpulan tulisan beliau selama memimpin Tim Ahli Ekonomi BP MPR: Amandemen Konstitusi dan Pergulatan Pakar Ekonomi, Aditya Media (2001).

Satu hal yang ingin saya tekankan dalam kaitannya dengan Ibu Sri Mulyani, dan ini saya sampaikan justru karena rasa hormat saya kepada beliau.  Kita semua bisa mengikuti bagaimana sepak terjang Bu Ani dalam periode reformasi terutama dalam kapasitas beliau sebagai mantan Menteri Keuangan RI.  Dan saya pun yakin sebagian besar dari peserta forum Generasi 21 sangat kagum dengan Bu Ani, pemikrannya, ide2nya, dan kesederhanaan beliau.  Saya ingin yakinkan bahwa pribadi sekaliber Bu Ani pun mengalami periode pertentangan nilai2 Pancasila dengan upaya reformasi seperti yang terjadi 10 tahun lalu.  Kita pun juga tidak akan luput dan akan mengalami sebuah perdebatan tentang bagaimana menyikapi nilai2 yang dikandung Pancasila dan bagaimana kita akan meletakkan sejarah nasional Indonesia ke dalam pola pikir dan laku kita di dalam dunia global.  Jangan sampai kita terjebak di dalam perdebatan sengit seperti yang dialami Bu Ani, dan kita tidak tahu jalan keluarnya.  Kita hanya akan tahu jalan keluar apabila kita memahami Pancasila dan terus belajar dari sejarah.

dh

One thought on “Mempertentangkan Pancasila dan Globalisasi?”

  1. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai pancasila dan globalisasi Indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetaui lebih jauh mengenai indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di Indonesia Gunadarma

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *